AMIR FIKRI. Oktober 1992.
Analisis Pertumbuhan dan Perkembangan Usaha Koperasi. Studi Kasus pada Koperasi Produsen Tempe-Tahu
Indonesia Kabupaten Bogor Jawa Barat (Di bawah bimbingan Dr. Ir. Otto. A. S.
Brotosunaryo).
Tulisan ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan umum Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI)
Kabupaten Bogor dan mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan usaha
KOPTIKabupaten Bogor dari segi fisik dan finansial.
Metoda yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus. Penentuan lokasi penelitian secara sengaja
(purposive), yaitu di KOPTI Kabupaten Bogor Jawa Barat. Data yang dikumoulkan
adalah data primer dan data sekunder.
Data yang diperoleh dinalaisis secara deskriptif dan tabulasi.
Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan menggunakan analisis pertumbuhan model
Hopkins-Baker sedangkan pengukuran
perkembangan usaha menggunakan analisis kecenderungan neraca dan laporan
rugi-laba, analisis rasio dan analisis perbandingan efisiensi dan volume usaha.
Secara umum KOPTI-Bogor telah
mampu untuk menjalankan usahanya tapi belum mampu untuk mengelola usahanya
secara efisien dan efektif. Dimana berdasarkan analisis pertumbuhan usaha,
selama tahun 1987-1991 rata-rata pertumbuhan usaha yang dialami oleh
KOPTI-Bogor hanya sebesar 0,77 %. Masih rendahnya pertumbuhan usaha yang
dialami oleh KOPTI Bogor disebabkan karena tingkat hasil investasi selama tahun
1987-1991 selalu lebih kecil dari tingkat modal luar, tingkat hasil investasi
rata-rata sebesar 0,11 sedangkan tingkat biaya modal luar rata-rata sebesar
0,23.
Berdasarkan analisis
kecenderungan neraca terlihat trend dari pos aktiva lancer, aktiva tak lancer
dan aktiva tetap yang berfluktuasi setiap tahunnya. Trend peningkatan aktiva
lancar dan aktiva tetap lebih besar daripada aktiva tak lancar. Untuk pos
pasuva lancar, pasiva tak lancar menunjukkan trend yang meningkat terus. Terlihat juga adanya trend
peningkatan total pasiva lebih besar daripada trend peningkatan aktiva yang
dimiliki.
Berdasarkan analisis
kecenderunagn laporan rugi-laba, selama tahun 1987-1991 terjadi peningkatan
laba kotor usaha. Laba bersih usaha mengalami fluktuasi dan menunjukkan trend
yang menurun. Kondisi ini terjadi karena trend biaya meningkat relative lebih
tinggi daripada laba kotor yang diperoleh KOPTI-Bogor.
Berdasarkan analisis rasio, nilai
likuiditas KOPTI-Bogor yang diukur dengan rasio lancar, rasio cepat dan rasio
posisi kas menunjukkan nilai yang cukup baik. Nilai rata rata rasio lancar
sebesar 2,416 (standar Depkop minimum 2), rasio cepat sebesar 2,393 (standar
Depkop minimum 1), rasio posisi kas sebesar 0,894 (standar Depkop minimum 0,4).
Dari pengukuran terhadap ketiga rasio tersebut dapat dikatakan bahwa posisi
keuangan dalam jangka pendek cukup aman yang dapat memberikan peluang
KOPTI-Bogor untuk mengembangkan usahanya.
Dari pengukuran solvabilitas
menunjukkan rasio total harta terhadap total hutang sebesar 4,016 (standar
Depkop minimum 1), rasio total hutang terhadap modal sendiri sebesar 0,401
(standar Depkop maksimum 1), rasio hutang tak lancar terhadap modal kerja
sebesar 0,146 (stamdar Depkop maksimum 1). Kondisi ini menunjukkan bahwa
KOPTI-Bogor dapat menjamin total hutangnya dengan harta dan modal yang
dimilikinya.
Nilai rentabilitas KOPTI-Bogor
menunjukkan kemmapuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan usaha yang
dilakukan. Rentabilitas total harta menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,021
dan nilai rentabilitas modal sendiri rata-rata sebesar 0,027. Kedua nilai
rentabilitas tersebut relatif sangat kecil, kondisi ini menunjukkan penggunaan
modal sendiri dan harta yang dimiliki KOPTI-Bogor tidak sebanding dengan
keuntungan yang diperoleh.
Pengukuran aktivitas memperlihatkan
rasio perputaran harta rata-rata sebesar 0,010 dan rasio perputaran modal kerja
sebesar 0,294. Nilai tersebut tergolong rendah dimana pendapatan usaha yang
diperoleh relative lebih kecil daripada harta dan modal yang digunakan dalam
kegiatan usaha tersebut.
Pengukuran produktivitas
menunjukkan rasio perputaran modal rata-rata sebesar 0,115 artinya untuk setiap
Rp. 1 yang diinvestasikan dalam usaha hanya menghasilkan penerimaan kotor
sebesar Rp. 0,115. Kondisi ini menunjukkan usaha yang dikelola KOPTI-Bogor
belum cukup produktif.
Dari perhitungan perbandingan volume usaha dan
efisiensi usaha menunjukkan nilai efisiensi usaha yang lebih besar dari volume
usaha (EU > VU). Kondisi ini menunjukkan usaha yang dikelola KOPTI-Bogor
sudah efisien tapi volume usaha yang ada belum diupayakan secara optimal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar